Guru Pengerak

Selasa, 09 Juli 2019

Penyebab di Indonesia sering terjadi permasalahan yang mengarah pada unsur SARA dan ujaran kebencian pada saat bangsa Indonesia menyelenggarakan PEMILU.


Penyebab di Indonesia sering terjadi permasalahan yang mengarah pada unsur SARA dan ujaran kebencian pada saat bangsa Indonesia menyelenggarakan PEMILU.



Di Indonesia sering terjadi permasalahan yang mengarah pada unsur SARA dan ujaran kebencian pada saat bangsa Indonesia menyelenggarakan PEMILU karena sebagai berikut:

1. Pemahaman  Sempit Para Penganut Paham yang Menganggap Paham yang Dianut Paling Benar
Penyebab konflik sara yang pertama adalah karena adanya pandangan bahwa kepercayaan yang di anut merupakan yang paling benar. Padahal paham yang demikian merupakan paham yang harus dihindari. Memiliki paham yang demikian akan memunculkan pemikiran yang berbahaya. Dengan menganggap keyakinan yang dianut yang paling benar dan keyakinan lain salah hal ini dapat menyebabkan dominasi dari penganut kepercayaan tententu. Dominasi ini dapat memicu timbulnya diskriminasi pada kelompok penganut kepercayaan minoritas seperti latar belakang konflik kamboja .  Serta tentu saja hal ini akan menyebabkan konflik antara kelompok mayoritas dan minoritas.  Untuk itu, diperlukan pengubahan dari paham yang sempit tersebut menjadi paham yang terbuka. Dimana setiap penganut keyakinan yang berbeda harus mampu mengedepankan logika dan nalar yang sehat. Bahwa setiap keyakinan yang dipilih bukan didasarkan atas mana yang benar dan salah. Namum keyakinan yang dipilih adalah sesuatu yang diyakini mampu merubah arah kehidupan menjadi lebih baik.
2. Kurangnya Pemahaman Atas Kebebasan Dalam Bergama dan Beribadah
Kebebasan dalam beragama dan beribadah merupakan hak yang melekat sebagai hak dasar manusia. Tidak ada satu pun pihak yang bisa memaksakan kehendak atas apa yang akan diyakini dan dipercaya sebagai agama yang akan dianut. Kurangnya pemahaman atas kebebasan tersebut membuat isu sara dapat berkembang menjadi konflik yang meluas. Kadangkala satu kelompok dengan keyakinan tertentu memaksa pihak lain untuk mengikuti mereka seperti latar belakang tragedi aleppo . Tidak jarang juga digunakan tindakan kekerasan hingga berujung pada pengusiran satu kelompok dari wilayah tertentu. Padahal hal tersebut tentu merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Seseorang harus dengan sukarela untuk bisa menganut satu keyakinan yang ia yakini.
3. Mengedepankan Paham Radikalisme 
Kelompok yang memaksakan kehendak mereka dan merendahkan agama lain merupakan kelompok yang selayaknya harus segera di adili. Tidak jarang mereka menggunakan jalan kekerasan agar tujuannya diakui dan diaetujui oleh mayoritas masyarakat. Dan yang paling aneh adalah ternyata banyak orang yang bergabung dengan ideologi primitif ini. Kelompok radikal banyak muncul di daerah dengan paham dan pandangan sempit akan perbedaan. Bahkan beberapa petinggi negara tergabung, dan mengikuti paham ini seperti penyebab konflik sosial paling umum. Tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh pada hubungan antar agama, ras, dan suku bangsa. Jika paham ini tidak segera di atasi maka akan sangat berbahaya. Mereka melakukan tindakan membunuh, menyiksa dan tindakan tidak berprikemanusian lain atas dasar kepercayaan yang mereka yakini. Biasanya kelompok radikal ini memiliki tujuan untuk mendirikan sebuah negara dengan paham yang mereka anut.
4. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Akan Toleransi dan Keharmonisan 
Toleransi merupakan salah satu upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Apalagi menghadapi segala perbedaan yang ada tentu toleransi harus diutamakan. Jika toleransi tidak dipegang sepenuhnya maka dunia tidak akan mampu berjalan dengan harmonis. Setiap pemeluk agama akan merasa was was dan tidak tenang. Tentunya kondisi itu dapat memicu konflik jika ada orang yang tidak bertanggung jawab, melemparkan isu yang memicu timbulnya permusuhan. Kesadaran bahwa kita hidup dengan segala perbedaan tentu akan membuat kita lebih bijak menyiasati setiap perbedaan yang ada seperti dampak konflik agama . Dengan mengedepankan toleransi maka keamanan dan perdamaian dunia akan dapat terwujud.
5. Beberapa oknum beranggapan bahwa kampanye jahat, hoax, fitnah dan politisasi SARA dalam kampanye merupakan pendekatan yang mudah, murah dan efektif menjadi basis pemenangan pilkada. Apalagi jika aktor yang terlibat tidak punya integritas dan komitmen untuk berkompetisi secara jujur, adil, kompetitif dan demokratis.
6. Sosial media macam Whatsapp, FACEOOK, LINE, BBM, dan sejenisnya yang menjadi media tak terbendung untuk menyebarkan kebencian, kabar bohong, dan fitnah seputar calon, penyelenggara, maupun teknis administrasi pelaksanaan pilkada
7. kurangnya pemahaman terhadap UUD 1945 dan Pancasila yang mengatur kebebasan berkeyakinan dan beragama setiap masyarakat, serta penegakan hukum dan pengawasan terhadap ormas yang lemah juga menjadi faktor lain penyebab konflik suku ras agama dan antargolongan (SARA).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar