Penyebab di Indonesia sering terjadi permasalahan yang mengarah pada unsur
SARA dan ujaran kebencian pada saat bangsa Indonesia menyelenggarakan PEMILU.
Di Indonesia sering terjadi permasalahan
yang mengarah pada unsur SARA dan ujaran kebencian pada saat bangsa Indonesia
menyelenggarakan PEMILU karena sebagai berikut:
1. Pemahaman Sempit Para Penganut Paham
yang Menganggap Paham yang Dianut Paling Benar
Penyebab konflik sara yang pertama adalah
karena adanya pandangan bahwa kepercayaan yang di anut merupakan yang paling
benar. Padahal paham yang demikian merupakan paham yang harus dihindari.
Memiliki paham yang demikian akan memunculkan pemikiran yang berbahaya. Dengan
menganggap keyakinan yang dianut yang paling benar dan keyakinan lain salah hal
ini dapat menyebabkan dominasi dari penganut kepercayaan tententu. Dominasi ini
dapat memicu timbulnya diskriminasi pada kelompok penganut kepercayaan
minoritas seperti latar
belakang konflik kamboja .
Serta tentu saja hal ini akan menyebabkan konflik antara kelompok
mayoritas dan minoritas. Untuk itu, diperlukan pengubahan dari paham yang
sempit tersebut menjadi paham yang terbuka. Dimana setiap penganut keyakinan
yang berbeda harus mampu mengedepankan logika dan nalar yang sehat. Bahwa
setiap keyakinan yang dipilih bukan didasarkan atas mana yang benar dan salah.
Namum keyakinan yang dipilih adalah sesuatu yang diyakini mampu merubah arah
kehidupan menjadi lebih baik.
2. Kurangnya Pemahaman Atas Kebebasan Dalam
Bergama dan Beribadah
Kebebasan dalam beragama dan beribadah
merupakan hak yang melekat sebagai hak dasar manusia. Tidak ada satu pun pihak
yang bisa memaksakan kehendak atas apa yang akan diyakini dan dipercaya sebagai
agama yang akan dianut. Kurangnya pemahaman atas kebebasan tersebut membuat isu
sara dapat berkembang menjadi konflik yang meluas. Kadangkala satu kelompok
dengan keyakinan tertentu memaksa pihak lain untuk mengikuti mereka
seperti latar
belakang tragedi aleppo .
Tidak jarang juga digunakan tindakan kekerasan hingga berujung pada pengusiran
satu kelompok dari wilayah tertentu. Padahal hal tersebut tentu merupakan
tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Seseorang harus dengan sukarela untuk bisa
menganut satu keyakinan yang ia yakini.
3. Mengedepankan Paham Radikalisme
Kelompok yang memaksakan kehendak mereka
dan merendahkan agama lain merupakan kelompok yang selayaknya harus segera di
adili. Tidak jarang mereka menggunakan jalan kekerasan agar tujuannya diakui
dan diaetujui oleh mayoritas masyarakat. Dan yang paling aneh adalah ternyata banyak
orang yang bergabung dengan ideologi primitif ini. Kelompok radikal banyak
muncul di daerah dengan paham dan pandangan sempit akan perbedaan. Bahkan
beberapa petinggi negara tergabung, dan mengikuti paham ini seperti penyebab
konflik sosial paling umum. Tentu
saja hal ini akan sangat berpengaruh pada hubungan antar agama, ras, dan suku
bangsa. Jika paham ini tidak segera di atasi maka akan sangat berbahaya. Mereka
melakukan tindakan membunuh, menyiksa dan tindakan tidak berprikemanusian lain
atas dasar kepercayaan yang mereka yakini. Biasanya kelompok radikal ini
memiliki tujuan untuk mendirikan sebuah negara dengan paham yang mereka anut.
4. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Akan Toleransi
dan Keharmonisan
Toleransi merupakan salah satu upaya untuk
menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Apalagi menghadapi segala
perbedaan yang ada tentu toleransi harus diutamakan. Jika toleransi tidak
dipegang sepenuhnya maka dunia tidak akan mampu berjalan dengan harmonis.
Setiap pemeluk agama akan merasa was was dan tidak tenang. Tentunya kondisi itu
dapat memicu konflik jika ada orang yang tidak bertanggung jawab, melemparkan
isu yang memicu timbulnya permusuhan. Kesadaran bahwa kita hidup dengan segala
perbedaan tentu akan membuat kita lebih bijak menyiasati setiap perbedaan yang
ada seperti dampak
konflik agama . Dengan mengedepankan toleransi
maka keamanan dan perdamaian dunia akan dapat terwujud.
5. Beberapa oknum beranggapan bahwa kampanye
jahat, hoax, fitnah dan politisasi SARA dalam kampanye merupakan pendekatan
yang mudah, murah dan efektif menjadi basis pemenangan pilkada. Apalagi jika
aktor yang terlibat tidak punya integritas dan komitmen untuk berkompetisi
secara jujur, adil, kompetitif dan demokratis.
6. Sosial media macam
Whatsapp, FACEOOK, LINE, BBM, dan sejenisnya yang menjadi media tak
terbendung untuk menyebarkan kebencian, kabar bohong, dan fitnah seputar calon,
penyelenggara, maupun teknis administrasi pelaksanaan pilkada
7. kurangnya pemahaman
terhadap UUD 1945 dan Pancasila yang mengatur kebebasan berkeyakinan dan beragama setiap masyarakat, serta penegakan hukum dan
pengawasan terhadap ormas yang lemah juga menjadi faktor lain penyebab konflik
suku ras agama dan antargolongan (SARA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar